Sumatera Barat terkenal akan budaya dan tradisi yang berbeda di tiap Nagarinya termasuk Tradisi dalam pernikahan seperti adanya tradisi Bajapuik di pariaman, Tradisi Maisi Sasuduik di Payakumbuh dan selain itu masih ada lagi jenis tradisi dalam pernikahan di Ranah minang ini salah satunya adalah tradisi Badampiang di Nagari Ampiang Parak Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat.
Foto : Youtube.com
Tradisi ini merupakan tradisi di Nagari Setempat yang dilakukan ketika mengantar Marapulai pergi nikah ke rumah anak daro , namun selama perjalanan di iringi musik nan Syahdu dan ratapan yang menusuk relung hati.
Dalam Tradisi ini pada awalnya atau Zaman dahulu rata-rata memiliki jodoh yang dekat dan masih satu nagari maka musik pengiring dan ratapan menusuk hatinya sepanjang jalan, tapi karena sekarang rata-rata penduduk setempat banyak yang mendapatkan jodoh di luar nagari dengan jarak yang cukup jauh maka banyak terpotong-potong dalam melakukan tradisi ini.
Rangkaian tradisi Badamping ini dimulai dengan Tradisi Manjapuik Marapulai yaitu datangnya penjemput anak daro atau mempelai pengantin perempuan ke rumah keluarga marapulai. Disana lengkap dengan sumando dan pernak pernik atau alat untuk menjemput marapulai.
Setiba dirumah orang tua marapulai, rombongan penjemput marapulai disambut keluarga marapulai tersebut yang tentunya dihadiri ninik mamak, pemuda, pimatang panjang di nagari dan lain sebagainya.Rombongan ditanyai wujud dan maksud kedatangan. Terjadi alur sisomba saat itu. Kadang alot, kadang hanya butuh waktu sebentar saja. Setelah disepakati kedua belah pihak bahwa kedatangan itu adalah menjemput marapulai, dan pihak marapulai telah mengizinkan marapulai pergi nikah. Saat itulah awal badampiang terjadi. Biasanya marapulai diberangkatkan dari rumah dini hari, atau sekitar pukul 02.00 WIB.
Dihalaman karib kerabat tampak telah siap mengantar marapulai pergi nikah. Jumlahnya banyak, misalnya teman sebaya, para sumando-sumandan, kaum ibu dan lain lain. Selangkah turun dari jenjang, salah seorang tetua (biasanya dari kaum ibu), mulai menyanyikan lagu dampiang. Tukang nyanyi itu mengambil tempat di posisi yang mudah didengar para pengantar marapulai.
Nyanyian yang disampaikan berisi tentang kegundahan hati ibu melepas anak laki laki berumah tangga. Soalnya dari kecil hingga tumbuh dewasa ia dibesarkan dan dirawat, kini harus berpisah. Kinantan nan panaiak kinika pai, janjang nan indak kabalululuak lai. Isi nyanyian itu juga mewakili kegundahan hari kawan kawan sebaya, kerisauan hati dunsanak yang ada dilingkungannya tinggal.
Lagu badampaing dinyanyikan dengan irama yang khas. Mendayu dayu, meratap dan menyayat-nyayat relung hati. Tak pelak, ibu kandung, kakak-adik simarapulai menangis berurai air mata mengenang kepergian anak itu. Ibu ibu lainnya biasanya akan berupaya menghibur hati sang ibu.
Begitupula hadirin lainnya, mereka akan hanyut mengikuti irama badampiang. Tak jarang teman sepermainan ikutpula meneteskan air mata. Malam badampiang benar benar dirasakan penuh haru. Lantas rombongan mulai bergerak menuju rumah anak daro (bila jaraknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki), disepanjang jalan nyanyian dampiang itu juga tidak berhenti. Perjalanan yang begitu menharu biru.
Namun bila tiba dihalaman rumah anak daro, isi dan tema nyanyian dampiang tidak lagi seperti turun dari rumah dan di perjalan tadi.Disini, tukang dampiang menyampaikan pesan dan nasihat kepada marapulai. Pandai pandailah membawakan diri dirumah orang. Mangecek dibawah bawah, usah berlaku sombong ditengah keluarga baru itu. Selain kepada marapulai, juga terdapat pesat untuk keluarga anak daro, bila anak ini salah tolong juga diajari.
Demikian badampiang yang tetap bertahan. Bila jarak rumah anak daro itu berada di nagari lain, atau jaraknya jauh, biasanya ada bagian dari tradisi badampiang itu yang terpenggal penggal. Misalnya nyanyian selama diperjalan tidak ada lagi, sebab rombomgan pengantar marapulai telah terpencar pencar di kendaraan masing masing.
Sumber :
loading...
No comments:
Post a Comment