Apo Nan Baru !!!

Post Top Ad

Your Ad Spot

Sunday 24 May 2020

Tradisi Bantai Adat Di Nagari Sintuak PadangPariaman Pada Hari Lebaran Idul Fitri

Berkhirnya Bulan Suci Ramadhan di sambut suka cita oleh umat muslim ada yang sedih karena kehilangan bulan yang bulan dengan penuh ada juga yang senang karena terbebas dari "siksaan" Selama bulan Ramadhan.

Ada beragam tradisi yang dilakukan diberbagai daerah seperti mengunjungi kerabat untuk silaturaahmi atau halal bihalal, membuat ketupat dan lain sebagainya, tapi  ada satu tradisi yang cukup berbeda di Sumatera Barat tepatnya di nagari sintuak, Padangpariaman namanya bantai adat.

 Foto:Ilustrasi /Kerincitime.co.id

Tradisi bantai adat atau pembantaian hewan berupa kerbau setelah sholat Ied, hampir sama dengan ketika hari raya Idul Adha bedanya kalau idul adha itu di semua tempat bahkan dunia dan biasanya perorangan atau kelompok dalam satu keluarga, tetapi kalau ini hanya ada di nagari sintuak saja, terus tradisinya lebih ke tradisi bukan perorangan tapi kelompok biasanya perjorong (RW).

Sebelum tradisi bantai adat dimulai biasanya ada pengumuman di sebuah surau jorong (mesjid) siapa saja yang ingin melakukan tradisi bantai adat dan di data pada pertengahan bulan ramadhan biasanya tanggal 15 ramadhan kemudian pada tanggal 27 ramadhan dilakukan pembayaran sesuai dengan yang disepakati sebelumnya. 

setelah pembayaran lunas dan uang terkumpul, uang tersebut kemudian dibelikan ke hewan ternak berupa kerbau oleh pengurus surau, yang biasanya ada di pasar ternak atau talaok.

Tradisi ini biasanya tidak hanya dilakukan di satu surau tapi di beberapa surau di nagari sintuak, bisa saja dari satu jorong terdiri dari 3 surau atau lebih yang melakukan tradisi ini. Dalam proses pelaksanaan atau acara bantai adat ini biasanya digabungkan di satu lokasi untuk memudahkan proses penyelenggaraanya. setelah kerbau tadi di potong dagingnya kemudian di onggok-onggokan sesuai dengan jumlah yang telah disepakati sebelumnya. 

Semua bagian dari tubuh kerbau tersebut di onggok-onggok misalnya daging, hati, tulang dan bahkan jeroannya sekalipun, jika orang lain yang tidak ikut acara bisa membeli daging kerbau ini jika masih ada sisa dengan harga Rp. 120.000 rupiah/kg, tapi diprioritaskan yang ikut mendaftar dalam bantai adat sebelumnya. 

Ada juga tradisi sejenis dengan nama sama yang berada di daerah merangin jambi, tapi bedanya kalau di merangin jambi tradisi bantai adat ini dilakukan menjelang bulan Ramadhan dan bukan ketika hari raya Idul Fitri. 
Setelah dibantai, daging tersebut dionggok (dilonggokan) sesuai dengan jumlah yang sudah disepakati sebelumnya. Pembagian daging tersebut bukan dengan sistem berat per kilogram, melainkan onggok (longgokan). Satu orang minimal memesan 1 onggok. Ada pula yang memesan lebih dari satu onggok, misalnya sampai 10 onggok.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/69607/tradisi-bantai-adat-padangpariaman-di-hari-lebaran-idul-fitri
Setelah dibantai, daging tersebut dionggok (dilonggokan) sesuai dengan jumlah yang sudah disepakati sebelumnya. Pembagian daging tersebut bukan dengan sistem berat per kilogram, melainkan onggok (longgokan). Satu orang minimal memesan 1 onggok. Ada pula yang memesan lebih dari satu onggok, misalnya sampai 10 onggok.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/69607/tradisi-bantai-adat-padangpariaman-di-hari-lebaran-idul-fitri
Setelah dibantai, daging tersebut dionggok (dilonggokan) sesuai dengan jumlah yang sudah disepakati sebelumnya. Pembagian daging tersebut bukan dengan sistem berat per kilogram, melainkan onggok (longgokan). Satu orang minimal memesan 1 onggok. Ada pula yang memesan lebih dari satu onggok, misalnya sampai 10 onggok.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/69607/tradisi-bantai-adat-padangpariaman-di-hari-lebaran-idul-fitri

loading...

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages