Sumatera Barat terkenal akan tradisi yang berbeda-beda antar Nagarinya dimulai dari adat istiadat dalam pernikahan, adat dan tradisi selepas hari raya idul fitri salah satunya ada tradisi yang cukup unik yang dilakukan setelah empat sampai lima hari setelah hari raya Idul Fitri Namanya Tradisi Alek Bakajang.
Tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun oleh nenek moyang nagari Gunung Malintang. Kajang merupakan alat transportasi yang digunakan oleh niniak mamak empat suku dari candi muara takus menuju nagari gunung malintang melintasi perairan sungai batang mahat. pada zaman dahulu bakajang hanya menggunakan sampan dihiasi dengan kain, tetapi dengan seiring berjalannya waktu bakajang kini berupa sampan menyerupai bentuk kapal pesiar yang dihias sedimikan rupa.
tradisi ini dilakukan selama 5 hari berturut-turut yang dilaksanakan pada
- Istano Dt Bandaro di Jorong Koto Lamo
- Istano Dt sati di Jorong Batu Balah
- Istano Dt Paduko Rajo di Jorong Baliak Bukik / Jorong Boncah Lumpur
- Istano Dt Gindo Samarajo di Jorong Koto Mesjid
- Istano Pemerintahan Nagari, alim ulama dan pemuda di Jorong Baliak Bukik / Jorong Boncah Lumpur
Acara Bakajang ini menampilakan sampan yang dihias menyerupai kapal Pesiar menggunakan kayu, triplek dan sebagainya yang dibuat oleh anak nagari di Jorongnya masing-masing yang dimulai pada hari-hari terakhir bulan ramadhan.
Masing-masing Jorong menampilkan masing-masing kajang, dan surau yang dihias agar terlihat lebih menarik. Kajang ini dilarung ke sungai pada hari pertama acara dimulai, karena di Nagari Gunung Malintang terdapat 5 Jorong Maka Masing-masing Jorong menjadi tuan rumah secara bergantian.
Di setiap jorong mempunyai surau yang dihias sedemikian rupa sebagai tempat perkumpulan, Niniak mamak, bundo kanduang, dan cadiak pandai, Di dalam surau tersebut dibuat ruangan khusus untuk bundo kandung namanya Baleghong. sebelum memasuki surau niniak mamak, bundo kanduang dan cadiak pandai diarak berjarak sekitar 1 km dan disambut dengan tari pasambahan, barulah mereka masuk kedalam surau dan menampati tempat-tempat yang telah disediakan.
Pada lima hari itu para pemudi akan memakai baju kurung dan menjunjung samba untuk diantar kepada bundo kanduang, sedangkan remaja laki-laki memakai baju lengan panjang, peci dan kain sarung bertugas menyambut dan menyusun samba yang berisi makanan didamam surau, sedangkan remaja laki-laki yang lain bertugas membawa kajangnya masing-masing ke jorong tuan rumah dimana acara dilaksanakan pada hari itu.
Setelah acara di surau selesai maka akan ada acara lain seperti panjat pinang dan pacu sampan dan tentu saja berhadiah maka tak heran anak-anak antusias mengikuti acara tradisi ini.
Karena tradisi ini melibatkan seluruh lapisan masyarakt maka tujuan diadakan acara ini adalah untuk mempererat tali silaturahmi, bekerja sama antar jorong, bertukar informasi, membangkitkan kreatifitas, sarana menyampaikan informasi adat istiadat, agama dan lain-lain serta menjaga tradisi ini tetap lestari
Sumber :
https://www.neliti.com/id/publications/31445/fungsi-tradisi-alek-bakajang-dalam-mempererat-integrasi-sosial-masyarakat-di-ken
loading...
No comments:
Post a Comment