Bumi pertiwi terkenal akan banyaknya kearifan lokal yang menarik dan unik yang harus digali lebih dalam di jaga dan dilestarikan. Setiap daerah di Nusantara punya keunikan tersendiri termasuk Suku Mingkabau di Sumatera Barat yang punya cara unik dalam transaksi jual beli sapi dan Kerbau.
pada Daerah Minangkabau banyak orang yang memelihara kerbau dan sapi untuk berbagai tujuan seperti Investasi, membantu pekerjaan di Sawah atau ladang, kendaraan dan sebagainnya. bahkan istilah "Minang Kabau" sendiri di dapat dari pertarungan adu kerbau dengan kerajaan majapahit pada masa lampau.
Biasanya sapi ini di jadikan komoditas ekonomi dan dijual dipasar-pasar ternak di Sumatera barat salah satunya adalah pasar ternak Batu sangkar Tanah Datar, Sumbar. di pasar ternak tersebut ada tradisi unik dalam transaksi jual beli sapi atau kerbau namanaya "Marosok". apakah anda pernah mendengarnya ?
Marosok adalah transaksi jual beli sapi dengan cara bersalaman pedagang dan pembeli seraya memainankan jari-jari sebagai bahasa Isyarat dari nilai-nilai rupiah salah satu ternak yang akan di transaksikan. ketika bersalaman antara penjual dan pembeli tangan keduanya ditutupi oleh kain sarung, handuk atupun topi sebagai kerahasian dalam transaksinya.
sewaktu tawar menawar berlangsung penjual dan pembeli saling menggenggam, memegang jari, menggoyangkan ke kiri dan ke kanan. jika transaksi berhasil kedua tangan dilepaskan, sebaliknya jika transaksi belum cocok tangan tetap digenggam dan mengulangi kegiatannya sampai transaksinya berhasil. semua aktivitas memainkan jari-jari itu dilakukan dalam diam
Dalam tradisi marosok ini jari melambangkan angka puluhan, ratusan, ribuan dan jutaan rupiah contohnya ada pedagang yang ingin menjual ternak dengan harga 6,4 juta rupiah maka dia akan memegang telunjuk pembeli yang melambangkan sepuluh juta rupiah , setelah itu empat jari yang lain digenggam dan digoyang kekiri, ini artinya 10 juta - 4 juta jadinya 6 juta rupiah, sedangkan untuk menunjukan harga Rp 400 ribu empat jari yang digoyang tadi digenggam lagi dan dihentakan, jika disepakati transaksi berakhir dengan harga Rp 6,4 juta.
Pada bulan haji dan jelang perayaan hari raya idul adha penjual dan pembeli sapi dan kerbau ini makin banyak aja jumlahnya tidak ada yang mengetahui kapan mulai adanya tradisi "marosok" ini
pada Kenyataanya tradisi marosok ini tidak hanya dilakukan di Pasar ternak batusangkar aja tapi di seluruh pasar ternak sumbar melakukan tradisi marosok ini. Muncul pertanyaan mengapa hanya sapi dan kerbau aja sedangkan kambing dan domba tidak dilakukan? penulis berpendapat mungkin karena nilai jualnya lebih rendah dari harga sapi dan kerbau makannya agak sulit jika dilakukan tradisi "Marosok" ini.
loading...
No comments:
Post a Comment