Baburu Kandiak atau dalam Bahasa Indonesia adalah berburu babi hutan adalah sebuah tradisi turun temurun di Masyarakat minangkabau, didaerah lain juga biasanya ada juga tradisi seperti ini tidak dijadikan tradisi. karena Masyarakat minangkabau yang hidup diperkampungan adalah bekerja sebagai petani maka tak jarang tanaman mereka di rusak oleh Kandiak atau babi Hutan, untuk mengatasi masalah tersebut masyarakat mulai berburu kandiak menggunakan Anjing,
Anjing yang dipakai untuk memburu kandiak ini bukan anjing kampung biasa tapi anjing yang sudah melalui pelatihan dan perawatan yang khusus jika sudah terlatih harganya bisa mencapai jutaan lain, kadang mereka mendatangkan anjing yang sudah terlatih tersebut bisa dari daerah lain seperti dari daerah Jawa.
Anjing ini biasanya diberi perlakuan khusus misalnya diberi telur ayam kampung dan ramuan lainnya supaya kuat dan larinya gesit. Bahkan terkadang anjing-anjing tersebut dapat menangkap hingga puluhan ekor babi dalam satu kali pemburuan.
Berburu babi telah mendarah daging dan
menjadi suatu kebanggaan bagi diri mereka. Sebagaimana yang disebutkan
dalam pepatah adat, “Baburu babi suntiang niniak mamak, pamenan dek nan mudo dalam nagari”. Kata suntiang dalam pepatah ini menggambarkan sebuah mahkota, yang mana mahkota tersebut bermakna sebagai sebuah kebanggaan.
Seiring berjalannya waktu, kegiatan ini
tak lagi sekedar mengusir hama tetapi lebih kepada hobi dan ajang
olahraga. Biasanya pemburuan ini dilakukan pada akhir pekan, dan dimulai
pada pagi hari. Memburu babi biasanya tak hanya di daerahnya saja
melainkan juga berpetualang ke daerah lain. bahkan orang yang diperkotaan juga bisa ikut acara menangkap babi ini,
Dalam berburu babi ini dikenal sebuah istilah yaitu alek baburu babi atau baburu alek. Alek ini dilaksanakan tiga kali dalam setahun. Biasanya sebelum alek buru babi ini digelar akan diadakan musyawarah yang melibatkan niniak mamak dan beberapa pemuka adat lainnya yang dilengkapi dengan sajian sirih dan pinang.
Setelah menggelar musyawarah tersebut, barulah alek
bisa dilakukan. Selanjutnya pemburu akan dibagi beberapa kelompok,
setiap kelompok akan menunjuk seorang dari mereka untuk menjadi penunjuk
jalan ketika menembus hutan.
Pemburu memiliki tanda-tanda tersendiri
saat berburu. Jika teriakan pemburu lain terdengar, itu pertanda bahwa
buruan yang dicari sudah terlihat, semakin besar suara pemburu maka babi
yang terlihat memiliki ukuran yang besar pula. Jika ada babi yang
keluar, maka pemburu akan melepas anjing-anjing mereka untuk melumpuhkan
buruan dan beramai-ramai mengeroyok buruannya, sedangkan si pemilik
cukup melihat dari kejauhan. Ketika mentari senja datang saat itulah
biasanya alek baburu babi ini berakhir dan pemburu akan pulang sembari menceritakan tentang kehebatan anjing masing-masing.
Dalam buru babi banyak hal yg bisa
didapatkan para pemburu. Tidak hanya soal kesenangan dan memacu
adrenalin semata, tetapi lebih dari itu. Ada nilai kerjasama,
kebersamaan dan gotong royong disini. “Pamburu itu rang nan badunsanak”, ungkapan
tersebut menggambarkan bahwa para pemburu itu memiliki rasa
persaudaraan yang dibangun dengan kuat antara para pemburu. Hal ini juga
lah yang memcerminkan kearifan budaya minangkabau yang memiliki
nilai-nilai yang terkandung disetiap keunikan budayanya.
loading...
No comments:
Post a Comment