Apo Nan Baru !!!

Post Top Ad

Your Ad Spot

Saturday, 11 January 2020

Tradisi Baburu Kandiak di Minangkabau

Baburu Kandiak atau dalam Bahasa Indonesia adalah berburu babi hutan adalah sebuah tradisi turun temurun di Masyarakat minangkabau, didaerah lain juga biasanya ada juga tradisi seperti ini tidak dijadikan tradisi. karena Masyarakat minangkabau yang hidup diperkampungan adalah bekerja sebagai petani maka tak jarang tanaman mereka di rusak oleh Kandiak atau babi Hutan, untuk mengatasi masalah tersebut masyarakat mulai berburu kandiak menggunakan Anjing, 




Anjing yang dipakai untuk memburu kandiak ini bukan anjing kampung biasa tapi anjing yang sudah melalui pelatihan dan perawatan yang khusus jika sudah terlatih harganya bisa mencapai jutaan lain, kadang mereka mendatangkan anjing yang sudah terlatih tersebut bisa dari daerah lain seperti dari daerah Jawa. 

Anjing ini biasanya diberi perlakuan khusus misalnya diberi telur ayam kampung dan ramuan lainnya supaya kuat dan larinya gesit.  Bahkan terkadang anjing-anjing tersebut dapat menangkap hingga puluhan ekor babi dalam satu kali pemburuan.



Berburu babi telah mendarah daging dan menjadi suatu kebanggaan bagi diri mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam pepatah adat, “Baburu babi suntiang niniak mamak, pamenan dek nan mudo dalam nagari”. Kata suntiang dalam pepatah ini menggambarkan sebuah mahkota, yang mana mahkota tersebut bermakna sebagai sebuah kebanggaan.

Seiring berjalannya waktu, kegiatan ini tak lagi sekedar mengusir hama tetapi lebih kepada hobi dan ajang olahraga. Biasanya pemburuan ini dilakukan pada akhir pekan, dan dimulai pada pagi hari. Memburu babi biasanya tak hanya di daerahnya saja melainkan juga berpetualang ke daerah lain. bahkan orang yang diperkotaan juga bisa ikut acara menangkap babi ini, 

Dalam berburu babi ini dikenal sebuah istilah yaitu alek baburu babi atau baburu alek. Alek ini dilaksanakan tiga kali dalam setahun. Biasanya sebelum alek buru babi ini digelar akan diadakan musyawarah yang melibatkan niniak mamak dan beberapa pemuka adat lainnya yang dilengkapi dengan sajian sirih dan pinang.

Setelah menggelar musyawarah tersebut, barulah alek bisa dilakukan. Selanjutnya pemburu akan dibagi beberapa kelompok, setiap kelompok akan menunjuk seorang dari mereka untuk menjadi penunjuk jalan ketika menembus hutan.

Pemburu memiliki tanda-tanda tersendiri saat berburu. Jika teriakan pemburu lain terdengar, itu pertanda bahwa buruan yang dicari sudah terlihat, semakin besar suara pemburu maka babi yang terlihat memiliki ukuran yang besar pula. Jika ada babi yang keluar, maka pemburu akan melepas anjing-anjing mereka untuk melumpuhkan buruan dan beramai-ramai mengeroyok buruannya, sedangkan si pemilik cukup melihat dari kejauhan. Ketika mentari senja datang saat itulah biasanya alek baburu babi ini berakhir dan pemburu akan pulang sembari menceritakan tentang kehebatan anjing masing-masing.

Dalam buru babi banyak hal yg bisa didapatkan para pemburu. Tidak hanya soal kesenangan dan memacu adrenalin semata, tetapi lebih dari itu. Ada nilai kerjasama, kebersamaan dan gotong royong disini. “Pamburu itu rang nan badunsanak”, ungkapan tersebut menggambarkan bahwa para pemburu itu memiliki rasa persaudaraan yang dibangun dengan kuat antara para pemburu. Hal ini juga lah yang memcerminkan kearifan budaya minangkabau yang memiliki nilai-nilai yang terkandung disetiap keunikan budayanya.

loading...

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages