Danau Singkarak membentang luas di Kabupaten Solok, Sumatra Barat.
Dulu Danau Singkarak terbentuk karena permukaan tanah patah akibat
gempa. Air hujan dan sungai lalu mengisinya hingga danau Singkarak
menjadi danau terbesar kedua di Sumatera.
Danau Singkarak dihuni banyak ikan, salah satunya ikan bilih. Ikan
Bilih merupakan khas dari Danau Singkarak, sisik ikan bilih berwarna
perak berkilauan. Danau atau sungai lain tidak mempunyai jenis ikan
bilih. Bisa dibilang, ikan bilih adalah harta perak dari Danau
Singkarak.
Penduduk Danau Singkarak menganggap ikan bilih sebagai harta yang
berharga, karena ikan bilih sangat enak dimakan dan disukai pembeli dari
berbagai daerah. Ikan bilih termasuk keluarga ikan Cyprinidae, ikan
mas, ikan bader, ikan wader termasuk saudara-saudaranya ikan bilih.
Ikan bilih berbeda dari ikan wader meskipun sama-sama berukuran
mungil. Panjang badan ikan bilih hanya sampai 5 sentimeter. Karena
ukurannya mungil, orang sering menyebut ikan bilih sebagai ikan teri
darat.Meskipun berukuran kecil, ikan bilih suka bergerombol dengan
sesama ikan bilih agar tampak besar.
Tempat hidup ikan bilih memang di Danau Singkarak. Namun, ketika
musim bertelur, ikan bilih suka pindah ke sungai yang bermuara di Danau
Singkarak.Telur ikan bilih akan menetas di sungai, lalu anak-anak ikan
bilih pindah ke danau lagi untuk tumbuh dewasa. Perilaku tersebut
membuat ikan bilih sulit diternakkan di daerah lain, sehingga ikan bilih
jadi ikan endemik (hanya bisa hidup) di Danau Singkarak.
Karena endemik Danau Singkarak, ikan bilih ini lumayan mahal dengan
kisaran harga Rp. 60-70 ribu/liter. Bila telah dimasak, harga ikan bilih
menjadi Rp. 250-280 ribu/kilogram. Dengan harga yang menarik, ikan
bilih menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar danau. Bahkan, ikan
itu sempat menjadi komoditas ekspor dan dijual ke luar negeri.
Nelayan menggunakan berbagai jaring untuk menangkap ikan bilih sesuai
dengan lokasi penangkapannya, seperti jaring panjang, jaring lingkar,
sistem alahan, jala lempar, lukah dan bahkan menggunakan setrum listrik
yang mematikan semua ikan yang ada. Jaring-jaring apung tidak pernah
kosong terbentang di permukaan danau begitu pula dengan jala lempar yang
ditebar masyarakat setiap harinya.
Jenis alat tangkap yang digunakan pun berbeda-beda, ada nelayan yang
menggunakan alat tangkap berupa jaring panjang, jaring lingkar, sistem
alahan, jala, lukah dan menggunakan arus listrik (setrum). Tidak
tanggung-tanggung jaring dan jala yang dipasang ukuranya sangat rapat
sekitar 1-1,5 centimeter. Ukuran ini sangat rapat sehingga semua jenis
ikan, termasuk anakannya dalam jumlah banyak.
Karena alat tangkap yang sangat rapat dan adanya PLTA danau Singkarak keberadaan ikan bilih menjadi langka dan terancam punah karena tidak bisa dibudidayaka ditempat lain karena cuma bisa hidup di Danau Singkarak.
loading...
No comments:
Post a Comment