Apo Nan Baru !!!

Post Top Ad

Your Ad Spot

Tuesday 17 December 2019

Persembahan terakhir untuk orang yang meninggal adat minagkabau

Setiap mahluk didunia ini pasti meninggal termasuk kita sebagai manusia pasti meninggal entah bagaimana dan dimana tempatny hanya Tuhan yang maha esa yang tahu. 

Jika ada kerabat, saudara tetangga di sekitar kita yang meninggal tentunya kita sebagai orang yang masih hidup untuk mengurus jenazah tersebut sesuai dengan ajaran dan keyakinan yang dimilikinya. Karena masyarakat Indonesia mayoritas menganut agama Islam maka akan saya khususkan sesuai ajaran Islam. 



Setiap daerah di Indonesia punya cara sendiri atau adat kebiasaan sendiri dan tidak terlepas dari ajaran Islam didalamnya yang menjadi satu kesatuan yang terus terjaga hingga kini. Tak terkecuali untuk adat minangkabau punya kebiasaan sendiri dalam menanggapi kalau ada yang meninggal. 

Berikut saya rincikan bagaimana adat minangkabau dalam mengurus atau persembahan terakhir untuk orang yang meninggal. 

1. Jika pertama kali mendengar ada orang meninggal.

Dalam adat minang jika ada kabar orang meninggal biasanya tidak diumumkan melalui mesjid atau mushola seperti di pulau jawa dan daerah lainnya. Biasanya kerabat memberitahu ke saudaranya secara langsung dengan mendatangi rumahnya untuk memberitahukan kabar tersebut kecuali untuk jarak yang jauh biasanya menggunakan telepon untuk memberitahunya. 

Tidak ada kegiatan atau acara potong ayam bahkan air putih pun tidak tersedia , untuk orang penggali kubur biasanya kerabat atau tetangga yang membantunya dengan cuma cuma, kalau masalah makan orang penggali kubur ini biasanya di belikan nasi atau minum dari luar bukan dari keluarga Almarhum/ Almarhumah.

Meskipun tidak ada hidangan apapun di rumah, kerbat tetangga bahkan teman dekat almarhum ketika masih hidup berdatangan untuk melayat semakin berpengaruh orang tersebut semakin banyak juga orang yang berdatangan. 

Untuk kain kafan biasanya di bawakan oleh menantu perempuan atau saudara perempuan untuk mengkafani jenazah. Dan sabun mandi mandi untuk memandikan jenazah dan sabun cuci untuk mencuci pakaian jenazah biasanya dibawa oleh tetangga.  Kain penutup biasanya dibawa sama saudara dan dittupkan pada jenazah sebelum dimandikan.
Setelah di mandikan dan di sholatkan jenazahnya kemudian di makamkan secara Islam, setelah dimakamkan pada sore harinya dilakukan tahlilan . Dan tidak ada suguhan makanan apapun dirumah meskipun cuma air putih, meskipun kaya ghitu antusias tetangga dan masyarakat untuk mendoakan almarhum/almarhumah sangat tinggi. 

2. Hari ke dua sampai hari ke ketujuh

Pada hari kedua pada sore harinya dilakukan tahlilan dan perlakuannya sama seperti hari pertama Biasanya seorang ustadz yang memimpin tahlilan di rumah. Jika terlampau banyak orang yang datang ke rumah dan tidak mencukupi didalam rumah biasanya sampai ke teras rumah atau dalam keadaan tertentu bisa dua kloter mengaji atau tahlilan untuk yang meninggal tersebut

Hari ke tiga masih belum boleh memotong ayam dan daging cuma sayur pepaya muda sama kerupuk untuk pelayat atau orang yang mengikuti tahlilan sebagai lauknya dan air putih. 

3 Hari ke tujuh sampai hari ke empat puluh

Pada hari ketujuh ini sudah diperbolehkan motong ayam atau ikan sebagai lauknya untuk orang yang tahlilan dan melakukan makan bajamba ketika sudah selesai tahlilan. Pada tahap ini keluarga almarhum/ almarhumah biasanya berunding untuk melakukan penjamuan orang yang tahlilan bukan di rumah duka lagi tahlilannya tapi sudah di rumah kerabatnya. Jika sudah disetujui biasanya kerabat mengumumkan pada jemaah yang hadir untuk di tempat kerabat tadi pada hari ke empat belasnya begitu seterusnya sampai hari ke seratus. Karena setelah tujuh hari dilakukan seminggu sekali secara bergiliran di rumah kerabat yang meninggal, kalaupun dalam suatu keadaan tidak ada lagi yang mau menjamu jemaah tahlilan maka kembali lagi ke rumah duka untuk menjamu jemaah tahlilannya.

Untuk jamuan di rumah kerabat ini lauknya bebas biasanya gulai ikan sama kerupuk atau telor balado dan lain lain.

Pada hari ke tujuh ini biasanya kerabat atau tetangga yang datang membawa beras semua, dalam keadaan tertentu bisa terkumpul beras 150 kg bahkan lebih.

4 Hari ke empat puluh. 

Tidak ada yang istimewa hari ke empat puluh ini sama seperti minggu sebelumnya hanya melakukan tahlilan untuk almarhum di rumah kerabatnya.

5. Hari ke seratus.

Pada hari ke seratus sudah diperbolehkan memotong kambing atau sapi untuk orang yang mampu dan melakukan makan bajamba setelah tahlilan meskipun bagi masyarakat masih merasa keberatan juga dengan diharuskan motong kambing atau sapi. Pada hari ke seratus biasanya suka disediakan makan khasnya seperti lamang sama pisang dan laweh

Setelah seratus hari biasanya tidak ada lagi kegiatan atau tahlilan lagi dan dianggap rangkain upacara kematian adat minangkabau sudah selesai.

Jika ingin mendoakan bisa dilakukan sendiri sendiri atau menyuruh orang dimesjid untuk mendoakannya dengan memberi uang sedikit untuk beli rokok atau kopi jemaah. Pada bulan puasa di minangkabau biasanya acara seperti itu ada dan untuk semua anggota masyarakat yang kerabatnya sudah meninggal bisa didoakan bersama sama. 

loading...

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages