Katupek (ketupat) pitalah adalah salah satu makanan spesifik di pasar Pitalah yang ramainya setiap hari Minggu. Katupek pitalah dan karupuak pitalah sebenarnya berasal dari Bungo Tanjung, tapi yang terkenal adalah katupek pitalah. Antara Pitalah dan Bungo Tanjung sebenarnya orangnya satu. Mereka menyatu dan populer dengan istilah “ Pita Bunga “( Pitalah Bungo Tanjung). Makanya kedua nagari tak saling komplain.
Katupek pitalah terbungkus dalam sarang katupek yang dibuat khusus dari daun kelapa. Sedangkan gulainya terdiri dari cubadak, lobak, rebung dan bumbu. Ciri-ciri gulai katupek pitalah, potongan cempedak gulainya agak besar, kuahnya agak kental. Katupek pitalah sudah banyak di jual di berbagai kota bahkan di Jakarta di jumpai juga katupek pitalah.
Bila kita masuk ke pasar Pitalah, akan terlihat sejumlah pedagang katupek berjejer di loos pasar berbaur dengan penjual makan lainnya. Los pasar Pitalah memang bukan khusus menjual katupat saja. Ada karupuak jangek ( kerupuk kulit) kerupuk pitalah, kacang goreng dan nasi. Semua memajang dagangannya di dalam los tersebut.
Yang datang mencari katupek pitalah ke pasar Pitalah selain masyarakat sekitar, ada juga pejabat dari kota lain. Mereka sengaja datang sekadar makan katupek. Sepiring isi satu buah ketupat dijual seharga Rp 5 ribu. Itu sudah cukup menahan lapar perut.
Buk Ani warga Bungo Tanjung Batipuh pedagang katupek pitalah sudah menggalas ketupat sejak tahun 1943, waktu. Itu Indonesia masih di jajah Jepang. “ Saya masa itu sudah duduk di kelas 3 sekolah rakyat dan sudah membantu ibu menggalas katupek. Hingga kini galeh ibu saya terus saya geluti “ kata buk Ani kepada Haluan . Disamping berjualan katupek di pasar Pitalah setiap hari Minggu, buk Ani juga berdagang katupek dari pasar ke pasar. Hari Jumat di pasar Padangpanjang, hari Senin di Simabur Batusangkar. Di pasar Pitalah, kata buk Ani, sekurangnya habis terjual 1500 s.d 2000 buah katupek sehari. Dan di Padangpanjang juga laku sekitar 2000 buah. Ada yang makan katupek di bangku bangku samping dagangannya. Ada pula yang membungkus untuk dibawa pulang.
Buk Ani membawa galehnya dengan bus langganan. Jam 5 pagi sudah bersangkat dari rumah. Gulainya di bawa dengan kaleng roti dan di letakkan di tenda mobil. Buk Ani mempekerjakan 6 karyawan untuk membuat sarang ketupat dan memasak gulai.
Katupek Bu Any sangat laris dan sudah terkenal. Tak heran jika banyak langganan berulang kali datang mencari katupeknya . Dari hasil usaha ini, buk Ani bisa menyekolahkan anak anaknya sampai di perguruan tinggi. Empat orang diantaranya sudah sarjana dan bekerja.
Sumber(Haluan)
loading...
No comments:
Post a Comment