Pasar
merupakan tempat orang jual beli kebutuhan rumah tangga dan lainnya diseluruh
indonesia dan bahkan dunia. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya biasanya
masyarakat pergi ke pasar baik pasar tradisional ataupun pasar modern.
Tiap
pasar di seluruh Indonesia mempunyai keunikan tersendiri dari mulai barang yang
dijualnya sampai cara menjualnya tak terkecuali di ranah minang. Dari mulai
penjual ikan dan buah yang di onggok-onggok sampai penjual ayam sayur yang
menguliti ayamnya setelah dipotong.
Ya. Pedagang
ayam sayur di ranah Minang ini cukup menarik perhatian saya yang baru berada
atau merantau ke Ranah Minang ini. Karena setelah mereka memotong ayam sayur
nya langsung dikuliti kulitnya di buang termasuk Jeroannya yang diambil cuma Ati dan Ampelanya saja.
Ini
berbeda saya dengan daerah saya yang berasal dari jawa, baik Jawa Barat dan
Jawa Tengah atau mungkin daerah lainnya. Biasanya ayam yang sudah dipotong itu
di siram sama air panas kemudian di cabut bulunya dan biasanya bagian jeroan
ayam biasanya diambil dan dibersikan usus ayamnya dan bisa dijual kembali
meskipun harganya tidak sama sama harga dagingnya atau bahkan lebih murah lagi.
Ini
sangat kontras dengan yang ada di Ranah minang ini biasanya mereka setelah
memotong ayam langsung di kuliti dan diambil dagingnya aja, bagian kepala
kepalanya juga di buang atau tergantung kepada orang yang belinya itu sendiri. Kalau
pembeli ini menginginkannya maka akan di kasih sama pedagangnya.
Kenapa
pedagang ayam melakukan seperti itu, ya tentu saja pembelinya sendiri yang
tidak menginginkannya. Bagi masyarakat minang sendiri Jeroan ayam itu jorok
karena dalam ususnya itu tempat kotoran ayam. Baik untuk ayam kampung atau ayam
sayur diperlakukan sama, kalau atau bagian ususnya paling sedikit sekali yang
diambilnya paling sejengkal aja dari bagian ati ampelanya.
Kalaupun
untuk ayam kampung sendiri kalau selera orang itu pengen ada kulitnya, maka msayarakat
minang sendiri biasanya ayam yah sudah dipotong di siram sama air panas lalu di
cabut bulunya semua. Lalu setelah itu biasanya ayamnya di singgang istilahnya, jadi di singgang itu ayam yang udah di
ambil bulunya itu di tusuk sama bambu dan di bakar di atas bara api sebentar dan
tidak sampai matang untuk menghilangkan bau amis, bulunya dan mengurangi kadar
air dalam tubuhnya, Dan jika di bakar sampai matang ya tentunya bukan di
singgang lagi namanya tapi ayam bakar.
Baca
juga : Ayam Bakar Ala Minang yang “ Lama Bana “
Masyarakat
Minang pada umumnya tidak suka ada bulu ayam yang terbawa ke masakan karena
anggap mereka sangat jorok dan jika ada bulu ayam kelihatan di masakannya maka
mereka tidak mau memakannya.
Kalau
zaman dulu sampai Ceker ayamnya juga dibuang tapi masakan kekinian yang
menggunakan ceker sebagai bahan masakannya seperti Mie ayam Ceker. Ceker Uhah
dan lain-lainnya. Maka ceker ayamnya tidak dibuang lagi dan bisa dimanfaatkan
untuk bahan masakan.
loading...
No comments:
Post a Comment