Apo Nan Baru !!!

Post Top Ad

Your Ad Spot

Friday 6 December 2019

Pakaian Adat Minangkabau yang Syarat Akan Maknanya

Tanah Minang selain masakannya yang sangat terkenal baik di kancah nasional, maupun mancanegara, Provinsi Sumatera Barat juga dikenal memiliki kebudayaan yang sangat unik. Kebudayaan yang tumbuh subur sejak masa silam tersebut hingga kini dan bahkan tetap terjaga dengan baik.



Masyarakat suku Minangkabau dari provinsi Sumatera barat ini yang ibukotanya di kota Padang memang diketahui sangat kuat dalam mempertahankan adat dan budayanya sendiri. Salah satu adat dan budaya yang tetap mereka pertahankan tersebut misalnya dalam hal berpakaian. 

Baju adat Minangkabau yang sangat dikenal di kancah nasional. Pakaian yang bernama pakaian Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang ini memiliki keunikan terutama terletak pada bagian penutup kepalanya yang menyerupai bentuk tanduk kerbau atau atap rumah gadang.

Pakaian Bundo kanduang merupakan pakaian adat Minangkabau yang dikenakan oleh para wanita yang sudah menikah. Sementara untuk pria maupun untuk sepasang pengantin, dikenal juga jenis pakaian lainnya.

  Baju Adat Minangkabau Wanita


  1. Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang.

    Limpapeh Rumah Nan Gadang atau sering disebut pakaian Bundo Kanduang. Makna pakaian adat Minangkabau ini merupakan lambang kebesaran bagi para istri. Pakaian tersebut merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu dalam keluarga.

    Limpapeh memiliki arti tiang tengah dari bangunan rumah adat Minangkabau. Peran limpapeh dalam memperkokoh menegakkan bangunan adalah analogi dari peran ibu dalam sebuah keluarga. Jika limpapeh roboh, maka rumah juga akan roboh. Ini sebuah pesan agar wanita atau seorang ibu yang tidak pandai mengatur rumah tangga. Dan oleh sebab itulah keharmonisan rumah tangga tidak bertahan lama dan hubungannya akan sama roboh.

    Pakaian adat Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang memiliki desain yang berbeda dari setiap sub suku dan hampir sama mirip dengan baju adat Minangkabau anak. Akan tetapi, beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam pakaian-pakaian tersebut. Perlengkapan yang dimaksud adalah tingkuluak (tengkuluk), baju batabue, minsie, lambak atau sarung, salempang, dukuah (kalung), galang (gelang), dan beberapa aksesoris yang lain.
  2. Tingkuluak (Tengkuluk).

    Tengkuluk merupakan sebuah penutup kepala yang bentuknya menyerupai kepala kerbau atau atap dari rumah gadang. Penutup kepala yang terbuat dari kain selendang ini dikenakan sehari-hari maupun saat dalam upacara adat tertentu.
  3. Baju Batabue

    Baju batabue atau baju bertabur adalah baju adat Minangkabau baju kurung (naju) yang dihiasi dengan taburan pernik benang emas. Pernik-pernik sulaman benang emas tersebut melambangkan tentang kekayaan alam daerah Sumatera Barat yang begitu berlimpah. Corak dan motif dari sulaman ini pun sangat beragam.

    Baju batabue dapat kita jumpai dalam 4 varian warna, yaitu warna merah, hitam, biru, dan lembayung. Pada bagian tepi lengan dan leher terdapat hiasan yang biasa disebut minsie. Minsie adalah sulaman yang menyimbolkan bahwa seorang wanita Minang harus taat pada batas-batas hukum adat yang berlaku.
  4. Lambak

    Lambak atau sarung adalah pakaian bawahan pelengkap pakaian adat Bundo Kanduang. Sarung ini ada yang berupa songket dan berikat. Sarung dikenakan dengan cara diikat pada pinggang. Belahannya bisa disusun di depan, samping, maupun belakang tergantung adat Nagari atau suku mana yang memakainya.
  5. Salempang

    Salempang adalah selendang yang terbuat dari kain songket. Salempang di letakan di pundak wanita. Salempang menyimbolkan bahwa wanita harus memiliki welas asih pada anak dan cucu, serta harus waspada akan segala kondisi.
  6. Perhiasan

    Umumnya seperti pakaian adat wanita dari daerah lain, penggunaan baju adat Minangkabau untuk wanita juga dilengkapi dengan beragam aksesoris seperti galang (gelang), dukuah (kalung), serta

    cincin. Dukuah memiliki beberapa motif, yaitu kalung perada, daraham, kaban, manik pualam, cekik leher, dan dukuh panyiaram. Secara filosofis, dukuah melambangkan bahwa seorang wanita harus selalu mengerjakan segala sesuatu dalam dasar kebenaran.

Baju Adat Tradisional Pria Minangkabau

 

Pakaian adat Sumatera Barat untuk pria bernama pakaian penghulu. Sesuai namanya, pakaian ini hanya digunakan oleh tetua adat atau orang tertentu saja, dimana dalam cara pemakaiannya pun di atur sedemikian rupa oleh hukum adat yang berlaku. Pakaian ini terdiri atas beberapa perlengkapan yang di antaranya Deta, baju hitam, sarawa, sesamping, cawek, sandang, keris, dan tungkek.
  1. Deta.

    Deta atau destar adalah sebuah penutup kepala yang terbuat dari kain berwarna hitam gelap biasa yang dililitkan untuk membuat kerutan. Kerutan pada deta melambangkan bahwa sebagai seorang tetua, saat akan memutuskan sesuatu perkara hendaknya terlebih dahulu ia dapat mengerutkan dahinya untuk mempertimbangkan segala baik dan buruk setiap hasil dari keputusan. Deta sendiri dibedakan berdasarkan pemakaiannya menjadi deta raja untuk seorang raja, kemudaian deta gadang dan deta saluak batimbo untuk penghulu, deta ameh, dan deta cilieng manurun.
  2. Baju

    Baju penghulu umumnya berwarna hitam. Baju ini terbuat dari kain beludru. Warna hitamnya melambangkan tentang makna kepemimpinan. Segala puji dan umpat haru dapat diredam seperti halnya warna hitam yang tak akan berubah meski warna lain ikut campur.
  3. Sarawa

    Sarawa adalah celana penghulu yang berwarna hitam. Celana ini memiliki ukuran besar pada bagian betis dan paha. Ukuran inilah yang melambangkan seorang kepala adat atau pemimpin berjiwa besar dalam melaksanakan tugas dan mengambil keputusan atas suatu perkara.
  4. Sasampiang

    Sasampiang adalah selendang merah berhias benang makau warna warni yang diletakan di bahu pemakainya. Warna merah selendang melambangkan makna keberanian, sementara hiasan benang makau melambangkan maka ilmu dan kearifan.
  5. Cawek

    Cawek atau ikat pinggang berbahan sutra yang dikenakan untuk menguatkan ikat celana sarawa yang longgar. Kain sutra ini melambangkan jika seorang penghulu harus cakap dan lembut saat memimpin, selain itu juga sanggup mengikat jalinan persaudaraan antar masyarakat yang dipimpinnya.
  6. Sandang

    Sandang adalah kain merah yang diikatkan di pinggang sebagai pelengkap pakaian adat Minangkabau. Kain merah ini memiliki segi empat, melambangkan bahwa seorang penghulu harus tunduk pada hukum adat yang berlaku.
  7. Keris dan Tongkat

    Keris diselipkan di pinggang, sementara tongkat digunakan untuk petunjuk jalan. Kedua kelengkapan ini adalah simbol bahwa kepemimpinan merupakan sebuah amanah dan tanggung jawab besar.

    Baca Juga : Pakaian Adat Pengantin Minang

    Sumber : Perpustakaan.id

 

loading...

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages